Desainer Berdarah Indonesia, Jacqueline Loekito, Melahirkan
Desainer Jacqueline Loekito mengawali koleksi kembalinya dirinya setelah beristirahat di tahun 2020, dengan mengajak seniman asal Swiss, Tobias Gutmann yang berbasis di Zurich. Untuk koleksi ini, dongeng sebelum tidur dan kecintaan mereka terhadap anak-anak menjadi inspirasi utama. Inspirasi utama mereka di koleksi ini terlihat dari banyaknya permainan bentuk serta beberapa wujud buaya atau serangga yang mengingatkan akan memori masa kanak-kanak. Sekaligus, hewan imajinasi Tobias untuk sang buah hati yang bernama Aviel.
Selayaknya DNA dari lini eponimnya, Jacqueline menjadikan kebebasan untuk berpakaian bagi segala tipe tubuh dan gender sebagai prinsip utama lini miliknya. Setiap look di koleksi Avina menampilkan aura positif dan keceriaan yang dicurahkan melalui permainan warna-warna cerah. Kombinasi antar palet warna yang mengkomplementasi gaya maskulin maupun feminin dipancarkan dengan kombinasi siluet jukstaposisi, garis yang menyempurnakan siluet tubuh, longgar, dan cut out.
Campuran elemen masa kini yang artistik kemudian diaplikasikan oleh Jacqueline yang menggunakan teknis crochet, permainan jaring yang kemudian dileburkan bersama motif-motif yang digambar oleh Tobias Gutmann dengan setiap detail yang tidak diberi batasan sehingga dapat mengakomodir wanita maupun pria. Ciri khas Jacqueline dalam mendesain busana tak mengenal gender, sudah lama ia terapkan saat masih menempuh studi mode di tahun 2006 di London. Ia memiliki kepercayaan yang tak mengenal “label” di mana busana tak perlu lagi dikotak-kotakkan untuk pria atau wanita, yang kemudian dipancarkan melalui lini eponim miliknya dengan jelas.
Jacqueline Loekito adalah desainer fashion yang terlahir dari ibu berkebangsaan Inggris, dan ayah yang lahir di Indonesia. Ia pernah menjadi finalis tiga besar di sebuah acara TV berjudul Styled to Rock yang dipandu Rihanna pada tahun 2012, dan memulai kariernya di London, Inggris. Kemudian Jacqueline membuat label eponimnya pada tahun 2018 di Basel setelah menyelesaikan masternya, dengan mengadopsi warna merah muda sebagai rona utama pada koleksi rancangannya. Keputusannya memilih warna merah muda menjadi langkahnya dalam mempopulerkan warna tersebut untuk segala gender dan menanggalkan stereotype bahwa merah muda hanya untuk perempuan. Jacqueline menempuh studi Master di the Institute of Fashion Design FHNW HGK, dan memiliki misi untuk mengajak Swiss agar lebih berani dan kaya akan warna karena itu ia pun kini tinggal dan bekerja di Basel, Swiss. Dan kini Jacqueline sedang ingin merambah kariernya sebagai fashion designer di Indonesia